Jumat, 31 Agustus 2012

AWATARA

Awatara

Sepuluh awatara Batara Wisnu
adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa maupun manifestasinya. Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya turun ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia material, guna menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan dharma dan menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan Dharma/Kebenaran.
Referensi dari kitab suci
Dalam Bhagawadgita, salah satu kitab suci agama Hindu selain Weda, Kresna sebagai perantara Tuhan Yang Maha Esa bersabda:

Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge

(Bhagavad-gītā, 4.7-8)
Kepala tiap-tiap Awatara pada patung Dewa Wisnu.
•Arti
Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela,
pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia,
wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang saleh
dan membinasakan orang jahat
dan menegakkan kembali kebenaran,
Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.
Dasa Awatara, sepuluh Awatara Wisnu
Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang sangat terkenal di antara Awatara-Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan material Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia. Dari sepuluh Awatara, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir Kali Yuga) untuk turun ke dunia. Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab yang disebut Purana.
Dasa Awatara dari zaman ke zaman
•Matsya Awatara, sang ikan, muncul saat Satya Yuga
•Kurma Awatara, sang kura-kura, muncul saat Satya Yuga
•Waraha Awatara, sang babi hutan, muncul saat Satya Yuga
•Narasimha Awatara, manusia berkepala singa, muncul saat Satya Yuga
•Wamana Awatara, sang orang cebol, muncul saat Treta Yuga
•Parasurama Awatara, sang Rama bersenjata kapak, muncul saat Treta Yuga
•Rama Awatara, sang ksatria, muncul saat Treta Yuga
•Kresna Awatara, putra Wasudewa, muncul saat Dwapara Yuga
•Buddha Awatara, pangeran Siddharta Gautama, muncul saat Kali Yuga
•Kalki Awatara, sang pemusnah, muncul saat Kali Yuga
Jenis-jenis Awatara
Menurut kitab-kitab purana, tak terhitung banyaknya Awatara yang pernah turun ke dunia ini. Awatara-awatara tersebut tidak selamanya merupakan “inkarnasi langsung” atau “penjelmaan langsung” dari Sang Hyang Wisnu. Beberapa Awatara diyakini memiliki “jiwa yang terberkati” atau mendapat “kekuatan Tuhan” sebagai makhluk yang terpilih.
Purusha Awatara: Awatara pertama Sang Hyang Wisnu yang memengaruhi penciptaan alam semesta. Awatara tersebut yakni:
•Vasudeva
•Sankarshan
•Pradyumna
•Aniruddha
Menurut Bhagavad Gītā:
•Kāranodakaśāyi Vishnu (Mahā Vishnu): Wisnu yang berbaring dalam lautan penyebab dan Beliau menghembuskan banyak alam semesta (galaksi?) yang jumlahnya tak dapat dihitung;
•Garbhodakaśāyī Vishnu: Wisnu masuk ke dalam setiap alam semesta dan menciptakan aneka rupa;
•Ksirodakasāyī Vishnu (Roh utama): Wisnu masuk ke dalam setiap makhluk dan ke dalam setiap atom.
Guna Awatara: Awatara-Awatara yang mengatur tiga macam aspek dalam diri makhluk hidup. Awatara-Awatara tersebut yakni:
•Brahmā, pengatur nafsu dan keinginan (Rajas)
•Wisnu, pengatur sifat-sifat kebaikan (Sattwam)
•Çiwa, pengatur sifat kemalasan (Tamas)
Lila Awatara: Awatara yang sering ditampilkan dalam kitab-kitab Purana, seperti Dasa Awatara dan Awatara lainnya. Awatara tersebut turun secara teratur ke dunia, dari zaman ke zaman untuk menjalankan misi menegakkan Dharma dan menunjukkan jalan Bhakti dan Moksha.
Manwantara Awatara: Awatara yang diyakini sebagai pencipta para leluhur dari umat manusia di muka bumi. (lihat: Manu)
Shaktyawesa Awatara: ada dua jenis – 1)makhluk yang merupakan penjelmaan Wisnu secara langsung; dan 2)makhluk diberkati yang mendapatkan kekuatan dari Wisnu. Jenis tersebut memiliki jumlah yang besar, dan merupakan Awatara yang istimewa. Awatara jenis ini, misalnya saja Narada Muni atau Sang Buddha. Awatara jenis tersebut kadang-kadang dikenal dengan sebutan Saktyamsavatar, Saktyaveshavatar atau Avesha avatar. Awatara lain yang termasuk jenis kedua, misalnya Parashurama, yang mana Dewa Wisnu tidak secara langsung menjelma. Dalam jenis yang kedua tersebut, menurut Srivaishnavism, ada dua macam lagi, yakni: 1)Wisnu memasuki jiwa makhluk yang terpilih tersebut (seperti Parashurama); 2)Wisnu tidak memasuki jiwa secara langsung, namun memberikan kekuatan suci (misalnya Vyasa, penyusun Veda).
Awatara jenis kedua tersebut tidak dipuja sebagaimana mestinya Awatara yang lain. Hanya Awatara yang merupakan penjelmaan langsung yang kini sering dipuja, seperti Narasimha, Rama, dan Sri Krishna. Menurut aliran Waisnawa, Krishna merupakan Awatara yang tertinggi di antara Awatara yang lain. Namun, pengikut Sri Chaitanya (termasuk ISKCON), Nimbarka, Vallabhacharya memiliki filsafat berbeda dengan pengikut aliran Waisnawa, seperti Ramanuja dan Madhva dan menganggap bahwa Krishna merupakan kepribadian dari Tuhan yang Maha Esa, dan bukan seorang Awatara belaka. Dalam beberapa filsafat Hinduisme, tidak ada perbedaan dalam memuja Sang Hyang Wisnu ataupun Awataranya karena semua pemujaan tersebut akan menuju kepada-Nya.
Awatara dalam Bhagawatapurana
Sebanyak empat puluh awatara Wisnu yang spesifik disebutkan dalam kitab Bhagawatapurana, meskipun kitab tersebut menambahkan bahwa jumlah tersebut tidak terhitung banyaknya.[1] 22 awatara Wisnu terdaftar dalam buku pertama sesuai urutannya:[2]
1.Catursana (Caturkumara) [BP 1.3.6] - empat putra Brahma
2.Waraha [BP 1.3.7]
3.Narada [BP 1.3.8] - resi yang berkelana ke seluruh dunia sebagai pemuja Wisnu
4.Nara dan Narayana [BP 1.3.9] - resi kembar
5.Kapila [BP 1.3.10] - salah satu resi yang mendirikan aliran filsafat Samkhya
6.Dattatreya [BP 1.3.11] - kombinasi awatara Brahma, Wisnu dan Siwa
7.Yadnya [BP 1.3.12] - penguasa upacara, yang sempat menjabat sebagai Indra, raja para dewa
8.Resaba [BP 1.3.13] - ayah Barata dan Bahubali
9.Pertu [BP 1.3.14] - maharaja yang memerah bumi dalam wujud sapi dan mengembangkan sistem bercocok tanam
10.Matsya [BP 1.3.15]
11.Kurma [BP 1.3.16]
12.Dhanwantari [BP 1.3.17] - bapak ilmu pengobatan (Ayurweda)
13.Mohini [BP 1.3.17] - wanita yang memikat
14.Narasinga [BP 1.3.18]
15.Wamana [BP 1.3.19]
16.Parasurama [BP 1.3.20]
17.Byasa [BP] 1.3.21] - pemilah Weda, penyusun Purana dan Mahabharata
18.Rama [BP 1.3.22]
19.Baladewa (Balarama) [BP 1.3.23]
20.Kresna [BP 1.3.23]
21.Buddha [BP 1.3.24]
22.Kalki [BP 1.3.25]
Di samping itu, empat awatara lainnya disebutkan kemudian dalam kitab tersebut sebagai berikut:
1.Presnigarba [BP 10.3.41] - putra Presni
2.Hayagriwa [BP 2.7.11] - awatara berkepala kuda
3.Angsa [BP 11.13.19] - angsa
4.Awatara Emas [BP 11.5.32] - awatara pada zaman Kaliyuga yang menyebarkan hari-namasankirtan.[3]
Makna dan filsafat
Balarama (Baladewa), kakak Sri Kresna, berdiri di dekat sungai Yamuna. Bersenjata pembajak sawah sebagai lambang pertanian
Beberapa orang meyakini bahwa filsafat Dasa Awatara menunjukkan perkembangan kehidupan dan peradaban manusia di muka bumi. Setiap Awatara merupakan lambang dari setiap perkembangan zaman yang terjadi. Matsya Awatara merupakan lambang bahwa kehidupan pertama terjadi di air. Kurma Awatara menunjukkan perkembangan selanjutnya, yakni munculnya hewan amphibi. Waraha Awatara melambangkan kehidupan selanjutnya terjadi di darat. Narasimha Awatara melambangkan dimulainya evolusi mamalia. Wamana Awatara melambangkan perkembangan makhluk yang disebut manusia namun belum sempurna. Parashurama Awatara, pertapa bersenjata kapak, melambangkan perkembangan manusia di tingkat yang sempurna. Rama Awatara melambangkan peradaban manusia untuk memulai pemerintahan. Krishna Awatara, yang mahir dalam enam puluh empat bidang pengetahuan dan kesenian melambangkan kecakapan manusia di bidang kebudayaan dan memajukan peradaban. Balarama Awatara, Kakak Kresna yang bersenjata alat pembajak sawah, melambangkan peradaban dalam bidang pertanian. Buddha Awatara, yang mendapatkan pencerahan, melambangkan kemajuan sosial manusia.
Awatara yang turun ke dunia juga memiliki makna-makna menurut zamannya: masa para Raja meraih kejayaan dengan pemerintahan Rama Awatara pada masa Treta Yuga, dan keadilan sosial dan Dharma dilindungi oleh Sri Kresna pada masa Dwapara Yuga. Makna dari turunnya para Awatara selama masa Satya Yuga menuju Kali Yuga juga menunjukkan evolusi makhluk hidup dan perkembangan peradaban manusia.
Awatara-awatara dalam daftar di atas merupakan inkarnasi Wisnu, yang mana dalam suatu filsafat merupakan lambang dari takaran dari nilai-nilai kemasyarakatan. Istri Dewa Wisnu bernama Laksmi, Dewi kemakmuran. Kemakmuran dihasilkan oleh masyarakat, dan diusahakan agar terus berjalan seimbang. Hal tersebut dilambangkan dengan Dewi Laksmi yang berada di kaki Dewa Wisnu. Dewi Laksmi sangat setia terhadapnya.
Filsafat Catur Yuga yang merupakan masa-masa yang menjadi latar belakang turunnya suatu Awatara dideskripsikan sebagai berikut:
•Satya Yuga dilambangkan dengan seseorang membawa sebuah kendi (kamandalu)
•Treta Yuga dilambangkan dengan seseorang yang membawa sapi dan sauh
•Dwapara Yuga dilambangkan dengan seseorang membawa busur panah dan kapak
•Kali Yuga dilambangkan dengan seseorang yang sangat jelek, telanjang, dan melakukan tindakan yang tidak senonoh.
Jika deskripsi di atas diamati dengan seksama, maka masing-masing zaman memiliki makna tersendiri yang mewakili perkembangan peradaban masyarakat manusia. Pada masa pertama, Satya Yuga, ada peradaban mengenai tembikar, bahasa, ritual (yajña), dan sebagainya. Pada masa yang kedua, Treta Yuga, manusia memiliki kebudayaan bertani, bercocok tanam dan beternak. Pada masa yang ketiga, manusia memiliki peradaban untuk membuat senjata karena bidang pertanian dan kemakmuran perlu dijaga. Yuga yang terakhir merupakan puncak dari kekacauan, dan akhir dari peradaban manusia.
[sunting]
Orang-orang yang diyakini sebagai Awatara
Selain awatara-awatara yang disebutkan dalam kitab-kitab Purana dan Veda, beberapa di antara orang India dan Hindu dianggap sebagai awatara oleh umat yang meyakininya. Mereka adalah orang-orang dengan kekuatan jasmani dan rohani yang luar biasa jika dibandingkan dengan manusia normal dan diyakini sebagai penitisan Tuhan atau manifestasinya. Mereka adalah:
•Hans Ji Maharaj (1900–1966)
•Jagadguru Kripaluji Maharaj (1922-sekarang) diyakini sebagai Awatara dari Sri Krishna dan Sri Caitanya Mahaprabu oleh pengikutnya.
•Mahavatar Babaji Meher Baba (1894-1969) yang menyatakan bahwa beliau adalah awatara terakhir pada zaman Kali Yuga atau Awatara Penunggang Kuda Putih.
•Bunda Meera (1960-sekarang) diyakini sebagai Awatara dari Adipara-Shakti
•Narayani Amma (1976-sekarang) diyakini sebagai Awatara Narayani sejati
•Sathya Sai Baba (1926-2011) dianggap dan dipercaya sebagai awatara dari Siwa, Shakti, dan Krishna. Kebangkitannya diprediksi oleh Sai Baba dari Shirdi, yang berkata “Akan lahir seorang anak dengan nama ‘Narayana’ (kebenaran); selain itu diprediksi oleh Sang Buddha (Siddharta Gautama); Paus Yohanes XXIII; dan Nostradamus.
•Sai Baba dari Shirdi (1838-1918) beberapa pengikutnya meyakini bahwa Beliau adalah awatara dari Datthatreya dan Siwa.
•Sri Ramakrishna (1836–1886) dan Sri Sarada Devi (1853–1920). Ramakrishna pernah berkata kepada Swami Vivekananda: “Beliau yang disebut Rama dan Krishna sedang berada disini, di tubuh ini, Ramakrishna”. Sarada Devi, istri Ramakrishna, diyakini sebagai penjelmaan (Awatara) Dewi Kali.
Beberapa umat Hindu dengan kacamata universal juga meyakini bahwa beberapa tokoh-tokoh/nabi-nabi agama lain adalah awatara (inkarnasi Tuhan). Tokoh-tokoh tersebut yakni:
•Adi Da (1939-sekarang) bergelar “Avatar Adi Da Samraj”.
•Bahá'u'lláh (1817–1892) dipercaya sebagai Kalki Awatara.
•Gautama Buddha (563-483SM-543SM) penyebar ajaran Buddha yang diyakini sebagai Awatara Wisnu kesembilan dari Dasa Awatara.

Senin, 23 Juli 2012

SEJARAH MAJAPAHIT


            Kerajaan Majapahit

Majapahitadalah sebuah kerajaandi Indonesiayang pernah berdiri dari sekitar tahun
1293hingga 1500M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dan menjadi Kemaharajaanraya yang menguasai wilayah yang luas pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddhaterakhir yang menguasai Nusantaradan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2]Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]
Daftar isi
• 1Historiografi
• 2Sejarah
• 2.1Berdirinya Majapahit
• 2.2Kejayaan Majapahit
• 2.3Jatuhnya Majapahit
• 3Kebudayaan
• 4Ekonomi
• 5Struktur pemerintahan
• 5.1Aparat birokrasi
• 5.2Pembagian wilayah
• 6Raja-raja Majapahit
• 7Warisan sejarah
• 7.1Legitimasi politik
• 7.2Arsitektur
• 7.3Persenjataan
• 8Kesenian modern
• 8.1Puisi lama
• 8.2Komik dan strip komik
• 8.3Roman/novel sejarah
• 8.4Film/Sinetron
• 9Referensi
• 10Lihat pula
• 11Pranala luar
[sunting]Historiografi
Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit,[4]dan sejarahnya tidak jelas.[5]Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawidan Nagarakretagama[6]dalam bahasa Jawa Kuno.[7]Pararatonterutama menceritakan Ken Arok(pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagamamerupakan puisi Jawa Kunoyang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[8]Selain itu, terdapat beberapa prasastidalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkokdan negara-negara lain.[8]
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan.[9]Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.[5]
[sunting]Sejarah
[sunting]Berdirinya Majapahit
index title=Berkas:Harihara_Majapahit_1.JPG&filetimestamp=20101117182003
Perbesar
Arca Harihara, dewa gabungan Siwadan Wisnusebagai penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia.
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasaritelah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuandi Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[10]ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10][11]Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijayakemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongoltiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.[12][13]Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin musonagar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang tepercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambimemberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudhalah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[13]Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, Pararatonmenyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenonemengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewiuntuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Madasebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapayang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
[sunting]Kejayaan Majapahit
index title=Berkas:Golden_Celestial_Nymph_of_Majapahit.jpg&filetimestamp=20100524170335
Perbesar
Bidadari Majapahityang anggun, ukiran emasapsara(bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" di kepulauan nusantara.
index title=Berkas:Gajah-Mada.jpg&filetimestamp=20080714105007
Perbesar
Terakotawajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Menurut Kakawin Nagarakretagamapupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahitmeliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik ( Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[14]. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[15]. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birmabagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[15][2]
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi(Pitaloka), putri Kerajaan Sundasebagai permaisurinya.[16]Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Madamelihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[17]Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diriuntuk membela kehormatan negaranya.[18]Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sundayang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararatontetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagamayang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keratonyang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandalaraksasa yang membentang dari Sumaterake Papua, mencakup Semenanjung Malayadan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timurdan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[19]
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.[2]
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslimdan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.
[sunting]Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumiyang juga menuntut haknya atas takhta.[5]Perang saudara yang disebut Perang Paregregdiperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Mingyang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotanmenjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.[8].
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslimdan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara[20]. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malakayang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malakadan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
index title=Berkas:Muzium_Negara_KL38.JPG&filetimestamp=20090104210144
Perbesar
Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha(bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana hingga digantikan oleh putranya Ranawijayapada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan[21]) hingga tahun 1527.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogramatau candrasengkalayang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana[22].
Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi [22]dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.[23]Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[24]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M[22].
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangandi ujung timur, serta Kerajaan Sundayang beribukota di Pajajarandi bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tenggerhingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromodan Semeru
[sunting]Kebudayaan
index title=Berkas:Bajang_Ratu_Gate_Trowulan.jpg&filetimestamp=20080714105337
Perbesar
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katanggagugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
— Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upetiatau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomiluas.[25]
Ibu kota Majapahit di Trowulanmerupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa(pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.[2]
Walaupun batu batatelah digunakan dalam candipada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya[26]. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merahsebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikusdan Gapura Bajang Ratudi Trowulan, Mojokerto.
".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
— Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[27]
Catatan yang berasal dari sumber Italiamengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasindi Kalimantan. Ia dikirim Pausuntuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutramenuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongolbeberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.
[sunting]Ekonomi
index title=Berkas:Majapahit,_Piggy_Bank.jpg&filetimestamp=20080106081625
Perbesar
Celenganzaman Majapahit, abad 14-15MasehiTrowulan, Jawa Timur. (Koleksi Museum Gajah, Jakarta)
Majapahit merupakan negara agrarisdan sekaligus negara perdagangan[15]. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medangyang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.[28]Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uangMajapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.[25]
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[25]Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.
Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagangTiongkok, komoditas eksporJawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burungkakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnyadibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[29]. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Romadari Italiayang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. [30]
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantasdan Bengawan Solodi dataran rendah Jawa Timurutara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempahMaluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.[25]
Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari Indiadan Tiongkokyang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[31].
[sunting]Struktur pemerintahan
index title=Berkas:Parvati_Majapahit_2.JPG&filetimestamp=20101117175709
Perbesar
Arca dewi Parwatisebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda Hayam Wuruk.
Majapahit memiliki struktur pemerintahandan susunan birokrasiyang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya [32]. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewadi dunia dan ia memegang otoritas politiktertinggi.
[sunting]Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabatbirokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
• Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
• Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteriyang melaksanakan pemerintahan
• Dharmmadhyaksa, para pejabat hukumkeagamaan
• Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiranterdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatihatau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
[sunting]Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari[13], terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparajayang disebut Paduka Bhattarayang bergelar Bhre. Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk(1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
2. Nagara: diperintah oleh rajya(gubernur), atau natha(tuan), atau bhre(pangeran atau bangsawan)
3. Watek: dikelola oleh wiyasa,
4. Kuwu: dikelola oleh lurah,
5. Wanua: dikelola oleh thani,
6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
No
Provinsi
Gelar
Penguasa
Hubungan dengan Raja
1
Kahuripan (atau Janggala, sekarang Surabaya)
Bhre Kahuripan
Tribhuwanatunggadewi
ibu suri
2
Daha (bekas ibukota dari Kediri)
Bhre Daha
Rajadewi Maharajasa
bibi sekaligus ibu mertua
3
Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari)
Bhre Tumapel
Kertawardhana
ayah
4
Wengker (sekarang Ponorogo)
Bhre Wengker
Wijayarajasa
paman sekaligus ayah mertua
5
Matahun (sekarang Bojonegoro)
Bhre Matahun
Rajasawardhana
suami dari Putri Lasem, sepupu raja
6
Wirabhumi (Blambangan)
Bhre Wirabhumi
Bhre Wirabhumi1
anak
7
Paguhan
Bhre Paguhan
Singhawardhana
saudara laki-laki ipar
8
Kabalan
Bhre Kabalan
Kusumawardhani2
anak perempuan
9
Pawanuan
Bhre Pawanuan
Surawardhani
keponakan perempuan
10
Lasem (kota pesisir di Jawa Tengah)
Bhre Lasem
Rajasaduhita Indudewi
sepupu
11
Pajang(sekarang Surakarta)
Bhre Pajang
Rajasaduhita Iswari
saudara perempuan
12
Mataram(sekarang Yogyakarta)
Bhre Mataram
Wikramawardhana2
keponakan laku-laki
Catatan:
1Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja.
2Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta.
Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu(1447M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[33]Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:
• Daha
• Jagaraga
• Kabalan
• Kahuripan
• Keling
• Kelinggapura
• Kembang Jenar
• Matahun
• Pajang
• Singhapura
• Tanjungpura
• Tumapel
• Wengker
• Wirabumi
Saat Majapahit memasuki era kemaharajaanThalasokrasisaat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
• Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre(bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.
• Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh budaya Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk aliansi atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup penting. Termasuk didalamnya daerah Pulau Jawalainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampungdan Palembangdi Sumatra.
• Nusantara, adalah area yang tidak merefleksikan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam Majapahit akan menghasilkan reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:
• Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura(Ayutthayadari Thailand), Dharmmanagari(Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapuradan Sinhanagari(kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja(Kamboja), dan Yawana(Annam).[34]Mitreka Satatadapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.
[sunting]Raja-raja Majapahit
index title=Berkas:Rajasa-Dynasty_id.svg&filetimestamp=20100513193741
Perbesar
Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasaridan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.[35]
Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasapada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok[8].
Nama Raja
Gelar
Tahun
Raden Wijaya
Kertarajasa Jayawardhana
1293- 1309
Kalagamet
Sri Jayanagara
1309- 1328
Sri Gitarja
Tribhuwana Wijayatunggadewi
1328- 1350
Hayam Wuruk
Sri Rajasanagara
1350- 1389
Wikramawardhana

1389- 1429
Suhita
Dyah Ayu Kencana Wungu
1429- 1447
Kertawijaya
Brawijaya I
1447- 1451
Rajasawardhana
Brawijaya II
1451- 1453
Purwawisesa atau Girishawardhana
Brawijaya III
1456- 1466
Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa
Brawijaya IV
1466- 1468
Bhre Kertabumi
Brawijaya V
1468- 1478
Girindrawardhana
Brawijaya VI
1478- 1498
Patih Udara

1498-1518
[sunting]Warisan sejarah
index title=Berkas:Museum_f%C3%BCr_Indische_Kunst_Dahlem_Berlin_Mai_2006_033.jpg&filetimestamp=20080105064422
Perbesar
Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.
[sunting]Legitimasi politik
Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataramberusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasabatahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agungsendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan buktipenting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[26]
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasionaldi awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.[15]Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesiamenyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[36]Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan Orde Barumenggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[37]Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih"atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Angkatan Lautberupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma"yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.
[sunting]Arsitektur
index title=Berkas:Pair_of_door_guardians_SF_Asian_Art_Museum.JPG&filetimestamp=20090104212923
Perbesar
Sepasang patung penjaga gerbang abad ke-14dari kuil Majapahit di Jawa Timur (Museum of Asian Art, San Francisco)
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitekturdi Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagamatelah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keratondi Jawa serta Puradan kompleks perumahan masyarakat di Balimasa kini.
[sunting]Persenjataan
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan kerisberikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokratjuga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.
[sunting]Kesenian modern
Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya untuk menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.
[sunting]Puisi lama
• SeratDarmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islamdan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.
[sunting]Komik dan strip komik
• Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosayang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasarihingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa Rani.
• Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.
• Komik Majapahitkarya R.A. Kosasih
• Strip komik"Panji Koming" karya Dwi Koendoroyang dimuat di surat kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
• Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Alex Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi dalam latar peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M.
[sunting]Roman/novel sejarah
• Sandyakalaning Majapahit(1933), roman sejarah dengan settingmasa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.
• Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan settingmasa kejayaan Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
• Zaman Gemilang(1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari, masa Majapahit, dan berakhir pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
• Senopati Pamungkas(1986/2003), cerita silat dengan settingruntuhnya Singhasaridan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
• Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit(2005), roman karya Hermawan Aksantentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sundayang gugur dalam Peristiwa Bubat.
• Gajah Mada(2005), sebuah romansejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.
[sunting]Film/Sinetron
• Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjabdari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasaripada pemerintahan Kertanegarahingga Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
• Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasihdari serial sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
• Walisongo, sinetron Ramadhantahun 2003yang berlatar Majapahit di masa Brawijaya Vhingga Kesultanan Demakdi zaman Sultan Trenggana.
• Puteri Gunung Ledang, sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat cerita berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan Malaka.
[sunting]Referensi
1. ^D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian Historiography". Pacific Affairs38(3/4): 353—359.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Ajournal&rft.genre=article&rft.atitle=Problems+of+Indonesian+Historiography&rft.jtitle=Pacific+Affairs&rft.aulast=D.G.E.+Hall&rft.au=D.G.E.+Hall&rft.date=1956&rft.volume=38&rft.issue=3%2F4&rft.pages=353%E2%80%94359&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
2. ^abcdRicklefs (1991), halaman 19
3. ^Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD(The Hague, Martinus Nijhoff, 1962), vol. 4, p. 29. 34; G.J. Resink, Indonesia’s History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory(The Hague: W. van Hoeve, 1968), hal. 21.
4. ^Taylor, Jean Gelman (9 Oktober 2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. hlm. pp.29. ISBN 0-300-10518-5.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=Indonesia%3A+Peoples+and+Histories&rft.aulast=Taylor&rft.aufirst=Jean+Gelman&rft.au=Taylor%2C%26%2332%3BJean+Gelman&rft.date=9+Oktober+2003&rft.pages=hlm.%26nbsp%3Bpp.29&rft.place=New+Haven+and+London&rft.pub=Yale+University+Press&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
5. ^abcRicklefs (1991), page 18
6. ^Terjemahan Lengkap Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari blog World History Note, historynote.wordpress.com
7. ^Johns, A.H. (1964). "The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography". The Journal of Asian Studies24(1): 91–99
.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Ajournal&rft.genre=article&rft.atitle=The+Role+of+Structural+Organisation+and+Myth+in+Javanese+Historiography&rft.jtitle=The+Journal+of+Asian+Studies&rft.aulast=Johns&rft.aufirst=A.H.&rft.au=Johns%2C%26%2332%3BA.H.&rft.date=1964&rft.volume=24&rft.issue=1&rft.pages=91%E2%80%9399&rft_id=http%3A%2F%2Flinks.jstor.org%2Fsici%3Fsici%3D0021-9118%2528196411%252924%253A1%253C91%253ATROSOA%253E2.0.CO%253B2-Z&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
8. ^abcdM.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.
9. ^C. C. Berg. Het rijk van de vijfvoudige Buddha(Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311
10. ^abSetiono, Benny. "Kehancuran dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian 1)"
. Diakses pada 16 Juni 2011.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=bookitem&rft.btitle=Kehancuran+dan+Kebangkitan+Martabat%2F+Jati+Diri+Etnis+Tionghoa+Di+Indonesia+%28bagian+1%29&rft.atitle=&rft.aulast=Setiono&rft.aufirst=Benny&rft.au=Setiono%2C%26%2332%3BBenny&rft_id=http%3A%2F%2Fwww.indonesiamedia.com%2Flipsus%2Flipsus-2003-martabattionghoa2.htm&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
11. ^David Bor - Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel2006
12. ^Groeneveldt, W.P. Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara, 1960.
13. ^abcSlamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan(LKIS, 2005)
14. ^Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.
15. ^abcdRicklefs (1991), halaman 56
16. ^Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. hlm. 279. ISBN9814155675.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=Early+Kingdoms+of+the+Indonesian+Archipelago+and+the+Malay+Peninsula&rft.aulast=Munoz&rft.aufirst=Paul+Michel&rft.au=Munoz%2C%26%2332%3BPaul+Michel&rft.date=2006&rft.pages=hlm.%26nbsp%3B279&rft.place=Singapore&rft.pub=Editions+Didier+Millet&rft.isbn=9814155675&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
17. ^Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed.. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 72.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=%27%27Pengantar+Sejarah+Kebudayaan+Indonesia+2%27%27%2C+2nd+ed.&rft.aulast=Drs.+R.+Soekmono%2C&rft.au=Drs.+R.+Soekmono%2C&rft.date=1973%2C+5th+reprint+edition+in+1988&rft.pages=hlm.%26nbsp%3B72&rft.place=Yogyakarta&rft.pub=Penerbit+Kanisius&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
18. ^Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit.. Jakarta: PT Gita Karya. hlm. 13.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=%27%27Sejarah+Peradaban+Manusia%3A+Zaman+Majapahit%27%27.&rft.aulast=Y.+Achadiati+S%2C+Soeroso+M.P.%2C&rft.au=Y.+Achadiati+S%2C+Soeroso+M.P.%2C&rft.date=1988&rft.pages=hlm.%26nbsp%3B13&rft.place=Jakarta&rft.pub=PT+Gita+Karya&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
19. ^Millet, Didier (1 Agustus 2003). John Miksic. ed. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. hlm. 106. ISBN981-3018-26-7.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=Indonesian+Heritage+Series%3A+Ancient+History&rft.aulast=Millet&rft.aufirst=Didier&rft.au=Millet%2C%26%2332%3BDidier&rft.date=1+Agustus+2003&rft.pages=hlm.%26nbsp%3B106&rft.place=Singapore+169641&rft.pub=Archipelago+Press&rft.isbn=981-3018-26-7&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
20. ^Ricklefs (2005), hal. 57.
21. ^Ricklefs, 37 and 100
22. ^abcPoesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.
23. ^Ricklefs, 36-37
24. ^Robert W. Hefner (1983). "Ritual and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java". American Ethnologist10(1983): 665--683. doi:10.1525/ae.1983.10.4.02a00030
. Diakses pada 23 Oktober 2008.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Ajournal&rft.genre=article&rft.atitle=Ritual+and+Cultural+Reproduction+in+Non-Islamic+Java&rft.jtitle=American+Ethnologist&rft.aulast=Robert+W.+Hefner&rft.au=Robert+W.+Hefner&rft.date=1983&rft.volume=10&rft.issue=1983&rft.pages=665--683&rft_id=info:doi/10.1525%2Fae.1983.10.4.02a00030&rft_id=http%3A%2F%2Fwww.jstor.org%2Fstable%2F644055&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
25. ^abcdMillet, Didier (1 Agustus 2003). John Miksic. ed. Indonesian Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. hlm. 107. ISBN981-3018-26-7.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=Indonesian+Heritage+Series%3A+Ancient+History&rft.aulast=Millet&rft.aufirst=Didier&rft.au=Millet%2C%26%2332%3BDidier&rft.date=1+Agustus+2003&rft.pages=hlm.%26nbsp%3B107&rft.place=Singapore+169641&rft.pub=Archipelago+Press&rft.isbn=981-3018-26-7&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
26. ^abSchoppert, P., Damais, S. (9 Oktober 1997). Di dalam Didier Millet (editor):. ed. Java Style. Paris: Periplus Editions. hlm. 33–34. ISBN 962-593-232-1.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=Java+Style&rft.aulast=Schoppert%2C+P.%2C+Damais%2C+S.&rft.au=Schoppert%2C+P.%2C+Damais%2C+S.&rft.date=9+Oktober+1997&rft.pages=hlm.%26nbsp%3B33%E2%80%9334&rft.place=Paris&rft.pub=Periplus+Editions&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
27. ^"Ritual Networks and Royal Power in Majapahit Java, page:100". Persee. 9 Oktober 1996
. Diakses pada 14 Juli 2010.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=bookitem&rft.btitle=Ritual+Networks+and+Royal+Power+in+Majapahit+Java%2C+page%3A100&rft.atitle=&rft.date=1996&rft.pub=Persee&rft_id=http%3A%2F%2Fwww.persee.fr%2Fweb%2Frevues%2Fhome%2Fprescript%2Farticle%2Farch_0044-8613_1996_num_52_1_3357&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
28. ^"Uang Kuno Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit". 1 November 2008
.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=bookitem&rft.btitle=Uang+Kuno+Temuan+Rohimin+Peninggalan+Majapahit&rft.atitle=&rft.date=November+2008&rft_id=http%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fread%2Fxml%2F2008%2F11%2F24%2F17571290%2Fuang.kuno.temuan.rohimin.peninggalan.majapahit.&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
29. ^Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.
30. ^Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.
31. ^Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.
32. ^Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
33. ^Nastiti, Titi Surti. Prasasti Majapahit, dalam situs www.Majapahit-Kingdom.comdari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22 Juni 2007.
34. ^MAJAPAHIT : KERAJAAN AGRARIS - MARITIM DI NUSANTARA page 8
35. ^Bullough, Nigel (9 Oktober 1995). Historic East Java: Remains in Stone. Jakarta: ADLine Communications. hlm. 116–117.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=Historic+East+Java%3A+Remains+in+Stone&rft.aulast=Bullough&rft.aufirst=Nigel&rft.au=Bullough%2C%26%2332%3BNigel&rft.date=9+Oktober+1995&rft.pages=hlm.%26nbsp%3B116%E2%80%93117&rft.place=Jakarta&rft.pub=ADLine+Communications&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
36. ^Ricklefs, hal. 363
37. ^Friend, Theodore. Indonesian Destinies. Cambridge, Massachusetts and London: Belknap Press, Harvard University Press. hlm. p.19. ISBN 0-674-01137-6.ctx_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info%3Aofi%2Ffmt%3Akev%3Amtx%3Abook&rft.genre=book&rft.btitle=Indonesian+Destinies&rft.aulast=Friend&rft.aufirst=Theodore&rft.au=Friend%2C%26%2332%3BTheodore&rft.pages=hlm.%26nbsp%3Bp.19&rft.place=Cambridge%2C+Massachusetts+and+London&rft.pub=Belknap+Press%2C+Harvard+University+Press&rfr_id=info:sid/en.wikipedia.org:Majapahit
[sunting]Lihat pula
• Kakawin Nagarakretagama
• Pararaton
• Kidung Sunda
• Kerajaan Singhasari
• Sejarah Nusantara
• Gajah Mada
[sunting]Pranala luar
Search Wikimedia Commons
Wikimedia Commonsmemiliki kategori mengenai Majapahit
• (Inggris)Memories of Majapahit- memuat sejarah dan keterangan situs-situs peninggalan Majapahit.
• (Indonesia)Diskusi tentang Perseteruan Ming dan Majapahit
• (Indonesia)Terjemahan Naskah Asli Kitab Negarakretagama Karya Mpu Prapanca- Dari blog The History Note
Didahului oleh:
Singasari
Kerajaan Hindu-Budha
1292 - 1527
Digantikan oleh:
Demak
l•b•s
Kerajaandi Jawa

0-600 (Hindu-Buddha pra-Mataram)
Salakanagara·Tarumanagara·Sunda-Galuh·Kalingga·Kanjuruhan

600-1500 (Hindu-Buddha)
Mataram Hindu·Kahuripan·Janggala·Kadiri·Singasari·Majapahit·Pajajaran·Blambangan

1500-sekarang (Islam)
Demak·Pajang·Banten·Cirebon·Sumedang Larang·Mataram Islam·Kartasura·Surakarta·Yogyakarta·Mangkunagara·Paku Alam
l•b•s
Sejarah kekaisarandi dunia

Kekaisaran kuno
Akkadia·Mesir·Assiria·Babilonia·Aksum·Hittit·Persia(Media·Akhemeniyah·Parthia·Sassaniyah) ·Makedonia(Ptolemaik·Seleukia) ·India(Maurya·Kushan·Gupta) ·Cina(Qin·Han·Jin) ·Romawi(Romawi Barat·Romawi Timur)

Kekaisaran abad pertengahan
Byzantium·Hun·Arab(Rasyidin·Umayyah·Abbasiyah·Fatimiyah·Almohad·Kordoba) ·Persia(Tahiriyah·Samaniyah·Buwaihiyah·Sallariyah·Ziyariyah) ·Ghaznaviyah·Benin·Seljuk·Oyo·Bornu·Khwarezmia·Timuriyah·Chola·Mongol(Yuan·Jochi·Chagatai·Il) ·Kanem·Serbia·Songhai·Khmer·Bulgaria·Karoling·Romawi Suci·Angevin·Mali·Cina(Tang·Song·Yuan) ·Ghana·Aztec·Inca·Sriwijaya·Majapahit·Ethiopia(Zagwe·Salomo) ·Pala

Kekaisaran modern
Maratha·Mughal·Cina(Ming·Qing) ·Utsmaniyah·Persia(Safawiyah·Afshariyah·Zand·Qajar) ·Ethiopia·Portugis·Spanyol·Iberia·Belanda·Britania·Perancis(Napoleon Perancis·Kolonial Perancis) ·Austria·Jerman(Kolonial Jerman·Jerman Nazi) ·Rusia·Swedia·Austria–Hongaria·Brazil·Kolonial Italia·Kolonial Belgia·Kolonial Denmark·Kolonial Norwegia·Korea·Jepang
Ini adalah artikel pilihan. Klik di sini untuk informasi lebih lanjut.LinkFA-star.png
Kategori: • Pendirian tahun 1293• Pembubaran tahun 1527• Kerajaan Majapahit• K